Fraudster secara sengaja
melakukan kecurangan-kecurangan untuk mendapatkan berbagai fasilitas yang
disediakan oleh penyedia jasa telekomunikasi. Mereka melakukan dengan
memanfaatkan kelemahan teknis sistem atau perangkat telekomunikasi itu sendiri,
kelemahan manajemen atau pengelola telekomunikasi. Sayangnya, problem dan
penyebabnya belum banyak diketahui oleh pihak pengelola maupun pengguna,
kecuali mereka (yang menjadi korban fraud) harus menerima tanggungan rekening
telepon yang besar.
Contoh kasus yang paling banyak
terjadi disekitar kita adalah pencurian pulsa dengan cara memparalel pair kabel
telepon (cip on fraud).
Penyelesaian alternatif dari
beberapa konsep penyelesaian terhadap kasus pencurian pulsa lewat paralel kabel
telepon (subscribe) yang pernah ada. Dengan menggunakan asumsi-asumsi teori dan
empiris, dibangun beberapa asumsi cara/proses penggagalan terhadap kasus clip
on fraud.
Disinilah, kemudian didesain
sebuah sistem proteksi jaringan line telepon terhadap clip on fraud dengan
menggunakan pembacaan taraf-taraf tegangan. Dengan diuji dan dianalisis secara
teoritis sekaligus dibantu software CM2000 diharapkan desain yang dibangun
memiliki perfoma yang baik dan aplikatif.
Berikut adalah beberapa contoh
fraud yang telah ditangani oleh kepolisian dan yang telah
diekspose ke media informasi.Secara umum keseluruhan
contoh kasus dibawah ini adalah fraud yang dilakukan oleh internal
sistem dengan media komputer pada sistem tersebut .Berikut contoh kasus fraud :
- Pembobolan Kantor Kas Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tamini Square. Melibatkan supervisor kantor kas tersebut dibantu empat tersangka dari luar bank. Modusnya, membuka rekening atas nama tersangka di luar bank. Uang ditransfer ke rekening tersebut sebesar 6 juta dollar AS. Kemudian uang ditukar dengan dollar hitam (dollar AS palsu berwarna hitam) menjadi 60 juta dollar AS.
- Pencairan deposito dan melarikan pembobolan tabungan nasabah Bank Mandiri. Melibatkan lima tersangka, salah satunya customer service bank tersebut. Modusnya memalsukan tanda tangan di slip penarikan, kemudian ditransfer ke rekening tersangka. Kasus yang dilaporkan 1 Februari 2011, dengan nilai kerugian Rp 18 miliar.
- Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Margonda Depok. Tersangka seorang wakil pimpinan BNI cabang tersebut. Modusnya, tersangka mengirim berita teleks palsu berisi perintah memindahkan slip surat keputusan kredit dengan membuka rekening peminjaman modal kerja.
- Pencairan deposito Rp 6 miliar milik nasabah oleh pengurus BPR tanpa sepengetahuan pemiliknya di BPR Pundi Artha Sejahtera, Bekasi, Jawa Barat. Pada saat jatuh tempo deposito itu tidak ada dana. Kasus ini melibatkan Direktur Utama BPR, dua komisaris, komisaris utama, dan seorang pelaku dari luar bank.
- Pada 9 Maret terjadi pada Bank Danamon. Modusnya head teller Bank Danamon Cabang Menara Bank Danamon menarik uang kas nasabah berulang-ulang sebesar Rp 1,9 miliar dan 110.000 dollar AS.
- Penggelapan dana nasabah yang dilakukan Kepala Operasi Panin Bank Cabang Metro Sunter dengan mengalirkan dana ke rekening pribadi. Kerugian bank Rp 2,5 miliar.
- Pembobolan uang nasabah prioritas Citibank Landmark senilai Rp 16,63 miliar yang dilakukan senior relationship manager (RM) bank tersebut. Inong Malinda Dee, selaku RM, menarik dana nasabah tanpa sepengetahuan pemilik melalui slip penarikan kosong yang sudah ditandatangani nasabah.
- Konspirasi (persekongkolan) kecurangan investasi/deposito senilai Rp 111 miliar untuk kepentingan pribadi Kepala Cabang Bank Mega Jababeka dan Direktur Keuangan PT Elnusa Tbk.
Daftar Pustaka